TANTANGAN perusahaan pers dalam era digitalisasi saat ini semakin ketat dan mengharuskan keberanian untuk siap menghadapi perubahan dan persaingan.
Hal tersebut dikatakan Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS) Sumatera Utara, Farianda Putra Sinik SE dalam diskusi Meningkatkan Kompetensi Wartawan yang Profesional, Beretika dan Bermartabat di Le Polonia Hotel Medan, Kamis (28/7/2022).
“Bidang yang terkena dampak digitalisasi adalah media cetak. Perusahaan pers yang biasanya terbit dalam bentuk cetak kini mulai menguranginya dan beralih menggunakan platform online,” katanya menjadi panelis dalam diskusi bertema Tantangan SPS Sumut dalam Era Digitalisasi.
Dihadapan ratusan peserta seleksi calon anggota PWI Sumut, Farianda yang juga menjabat Ketua PWI Sumut itu mengaku bila dirinya terlambat mengenal era digitalisasi dalam perspektif media massa. Hal tersebut sepatutnya dilakukan saat kita temannya sudah menyarankan agar memulai media online.
“Saya terlambat mengenal media online. Teman saya sudah menganjurkan kepada saya 10 tahun lalu,” akunya dihadapan panelis lainnya, Ketua Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) PWI Sumut M Syahrir dan Sekretaris SPS Sumut, Rianto Ahgly.
Perkembangan teknologi informasi saat ini mengharuskan perusahaan pers siap menghadapi persaingan yang semakin ketat dan berani membuat pergerakan. Tumbuh suburnya media online ini juga menjadi persaingan dalam segi bisnis.
“(iklan) 77 persen dikuasai media online. Sisanya direbut media lain, televisi dan cetak,” akunya.
“Diantara kami (media cetak) sudah terjadi persaingan. Masuk media online kembali terjadi persaingan yang sangat luar biasa,” tambah Farianda.
Ia pun menegaskan, persaingan dan pesatnya perkembangan era digitalisasi ini tak bisa dihindari. Perusahaan pers harus menghadapi hal tersebut. Ia pun menyarankan adanya keberanian menghadapi itu.
“Kita harus berani buat perubahan. Harus sanggup mengikuti perubahan,” katanya.
Farianda menyebut, banyak tantangan yang harus dihadapi perusahaan cetak, selain ketatnya persaingan dengan media cetak. Yakni, ditinggal karyawan atau pekerja, penundaan bayar gaji.
Waspada Era Digitalisasi Membuat Wartawan Malas
Selain itu, mengurangi cetak hingga menutup perusahaan, perlunya biaya tambahan atau modal. Tantangan lainnya, bagaimana menghasilkan berita dan tontonan yang berkualitas, akurat dan dibutuhkan publik. Sehingga tidak ditinggal pelanggan.
Panelis lainnya, Ketua Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) PWI Sumut M Syahrir dalam materinya Kompetensi Menuju Profesionalisme Wartawan menekankan, era digitalisasi ini harus disikapi dengan bijak bagi para jurnalis.
“Tingginya teknologi membuat wartawan jadi pemalas. Dulu ada keindahan dalam membuat berita dengan mesin tik, sekarang hanya menggunakan jempol saja,” tegas Syahrir.
Ia pun mengingatkan tugas wartawan dalam memproduksi berita secara teratur. Karenanya, mantan Ketua PWI Sumut itu ingatkan agar wartawan meningkatkan kompetensi dan profesionalisme.***