INCEK.ID – Persephone Rizvi, gadis asal Inggris ini memiliki kebiasaan hidup berfoya-foya. Namun suatu ketika, hidayah datang dari Allah Ta’ala setelah Rizvi tantang puasa 30 hari atas dirinya sendiri.
Minuman alkohol tak lepas dari kehidupan Rizvi setiap malam. Pesta hingga larut malam mengiringi hidupnya, bahkan tidur dalam keadaan mabuk.
“Saya sering membuat kekacauan ketika masih remaja. Saya ingat pernah berkelahi dengan banyak gadis dan mereka menjentikkan rokok ke arah saya,” kata Rizvi, mengutip BBC News, Rabu (19/1/2022).
Jenuh terasa, Rizvi lelah dengan kehidupan demikian. Drinya mulai melakukan perubahan ke arah yang lebih positif.
Perlahan ia mulai meninggalkan alkohol dan kebiasan kehidupan malamnya. Pengakuannya, alkohol malah membuat hidupnya tak tentram dan membuat emosinya sulit terkontrol.
Keresahan tersebut sulit dan membawanya Rizvi ke jalur yang dia anggap baik, yaitu Islam.
“Semua itu akhirnya terasa melelahkan. Saya harus mengubahnya. Saya kemudian menjadi seorang muslim. Saya masuk ke rumah sambil berkata, ‘saya seorang muslim sekarang’,” kata Rizvi.
Baca juga: Ustadz Abdul Somad: Bagaimana Membangun Bangsa Kalau Kalian Sakau
Menuju Hidayah Tantang Puasa 30 Hari
Rizvi adalah seroang mahasiswi dan menyambi kerja di sebuah layanan call centre. Seorang muslimah rekan kerjanya bernama Haleemah, adalah orang yang mengenalkannya kepada Islam.
Saat Ramadhan, Rizvi menantang dirinya untuk berpuasa selama 30 hari.
“Awalnya, saya tidak berpikir untuk menganut agama. Saya berpuasa untuk menantang diri sendiri. Ego saya berkata, ‘saya pasti bisa berpuasa 30 hari,” katanya.
Tidak mudah meninggalkan minuman alkohol dan berpesta. Pada hari pertama ia berpuasa dirinya masih menyempatkan kebiasaan tak baik itu.
Perlahan dan pasti, Rizvi mulai megalahkan egonya dengan berpuasa. Pada saat itulah, ia menjawab panggilan hidayah.
Bagi keluarganya penganut Kristen tidak mempermasalahkan Rizvi memeluk Islam. Orang tunya memberikan kebebasan memiliki keyakinan sendiri.
Hanya saja, ayah sepmpat bingung dan mempertanyakan keputusan anaknya. Rasa khawatir sang ayah muncul karena takut Rizvi hanya terlalu bersemangat.
Namun, Rizvi merasa yakin dengan keimanan yang telah ia miliki.
Tahun pertama kuliah, ia meneliti Islam secara serius dan mempertimbangkan menjadi seorang muslim.
“Saya bolak-balik dari kampus di Salford ke rumah orang tua di Huddersfield, tetapi mereka tidak menyadari seberapa besar minat saya pada Islam. Saya menyembunyikan dengan baik sampai suatu waktu, saya masuk ke dalam rumah menggunakan hijab sambil berkata, ‘saya seorang muslim sekarang’,” katanya.
Hijab Membendung Godaan Laki-laki
Keputusan menjadi seorang muslimah ia buktikan dengan menanggalkan semua semua pakaian yang tak sesuai syariat. Kuku palsu, mengganti nama di media sosial, menghapus banyak foto tak pantas, hingga membuat akun Facebook.
Awalnya Rizvisangat tertutup mengenai perjalanan spiritualnya. Namun ia mulai terbuka dan santai. Ia tidak mempermasalahkan atau mendebat jika ada teman ingin minum alkohol. Ia menghargai pilihan hidup setiap orang.
“Saya bahkan mengubah gaya hijab saya demi menutupi bagian dada, terutama ketika akan ada banyak pria di sekitar saya. Saya bisa berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa ada pria yang menyetop saya,” kata Rizvi.
Pengakuan Rizvi semasa saat masih berpakaian terbuka, kerap mendapat godaan dan pelecehan pria-pria di pinggir jalan. Bahkan, dalam kurun waktu 10 menit berjalan ke kampus, ia bisa berhenti 5 kali karena digoda para lelaki. Namun, saat mengenakan hijab, itu tak pernah terjadi lagi.
“Saya masih kuliah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat, kalimat penanda bahwa saya resmi menjadi seorang muslim,” tegas Rizvi.