USAI pelaku pembunuhan pelajar SD di Deli Serdang yang merupakan paman kandungnya ditangkap, polisi akhirnya mengungkap motif aksi sadis itu.
Kapolsek Sunggal, Kompol Chandra Yudha mengatakan, pihaknya meyakini bila motif pembunuhan SRB (10) yang dilakukan pelaku Rahmat (32) karena dendam.
“Motif kita interogasi kita lakukan terhadap pelaku. Perkiraan dan masih kami dalami, motif diduga ada dendam dari R (Rahmat) terhadap almarhum S (SRB),” ungkap Yudha dalam jumpa pers di Mako Polsek Sunggal, Sabtu (13/8/2022).
Yudha mengatakan, usai menikam korban hingga akhirnya meninggal, pelaku berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Ini untuk menghindari kejaran dan pemburuan petugas kepolisian.
“Kita juga amankan barang bukti berupa sebilah pisau dapur, pakaian korban, satu kitab suci bercak darah dan sepeda motor digunakan pelaku,” jelas Yudha.
Yudha mengungkapkan bahwa Rahmat pernah menjalani perawatan gangguan kejiwaan di RSJ Bina Karsah, 8 Maret 2021, lalu. Namun, pihak kepolisian akan melakukan observasi kembali kejiwaan pelaku.
“Kita akan observasi lebih lanjut kedepan,” ucap perwira polisi melati satu itu.
Yudha mengatakan sebelum kejadian, pelaku kerap mengancam korban dan keluarganya. Namun, untuk pengancam dan motif yang lain masih terus didalami petugas kepolisian.
“Ada pengancam dilakukan oleh pelaku terhadap korban,” kata Yudha.
Sebelumnya, pelajar SD berinisial SB (10) meninggal dunia usai ditikam pelaku yang merupakan paman kandungnya, Rahmat (32). Bocah malang itu tak tertolong saat dilarikan ke rumah sakit. SB alami luka tikam dibagian dada sebelah kiri.
Pembunuhan Direncanakan, Teman dan Guru Korban Trauma
Yudha mengungkapkan bahwa pelaku sudah berencana akan melakukan pembunuhan terhadap korban. Sehingga Rahmat dijerat dengan pasal 338 dan pasal 340 KHUPidana tentang pembunuhan berencana dengan hukuman maksimal hukuman mati.
“Kasus ini, terdapat anak-anak sebagai korban. Pelaku kita diserahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polrestabes Medan,” kata Yudha.
Yudha menambahkan untuk teman-teman dan guru korban menyaksikan pembunuhan sadis pekan depan akan dilakukan trauma healing oleh Polda Sumut.
Akibat peristiwa tersebut, pihak sekolah meliburkan aktivitas belajar dan mengajar khusus bagi teman-teman korban di kelas tersebut selama sepekan.
“Ada 50 anak sekolah dasar dan gurunya menyaksikan pembunuhan tersebut, kita lakukan trauma healing,” pungkas Yudha.***