incek.id – Pasca gempa magnitudo 6.6 yang mengguncang Banten, tercatat 29 kali terjadi gempa susulan (aftershock) hingga Sabtu (15/1/2022).
Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menuturkan, hal tersebut hasil monitoring BMKG pasca gempabumi 6.6 (hasil analisis BMKG dari sebelumnya magnitudo 6.7) yang mengguncang Banten.
“Hasil monitoring BMKG terhadap gempa susulan Selat Sunda hingga Sabtu15 Januari 2022 pukul 06.00 WIB terjadi 29 kali,” kata Daryono melalui akun facebooknya, Sabtu (15/1/2022).
Daryono menyebutkan, gempa magnitudo 6,6 di Selat Sunda ini disebut sebagai intraslab earthquake. Katanya, hal tersebut karena hiposenternya berada didalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi ke bawah Selat Sunda.
“Ciri gempa intraslab ini mampu meradiasikan ground motion yang lebih besar dan lebih kuat dari gempa sekelasnya dari sumber lain. Gempa ini jenisnya mirip dengan gempa Selatan Jawa Timur Magnitudo 6,1 pada 10 April 2021 yang juga destruktif,” jelas Daryono.
Ia merinci, bila gempa magnituo 6.6 tersebut memiliki kerimiripan dengan gempa Selatan Jawa Timur dengan magnitudo 6,1 yang terjadi pada 10 April 2021 lalu.
“Gempa Selat Sunda M6,6 jenisnya mirip dengan gempa Selatan Jawa Timur magnitudo 6,1 pada 10 April 2021 yang juga destruktif. Sama-sama gempa intraslab, gempa dengan sumber di dalam lempeng,” sebutnya.
Pemkab Pandeglang Tetapkan Status Tanggap Darurat
Sementara itu, Pemkab Pandeglang menetapkan status tanggap darurat mulai Jumat (14/1/2022) hingga 27 Januari 2022.
“Penetapan status tanggap darurat itu terhitung 14 hari ke depan,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang Girgi Jantoro dalam keterangan persnya.
Pihak Pemkab Pandeglang menetapkan status tanggap darurat bencana itu karena korban kerusakan rumah cukup banyak dan dipastikan terjadi pengungsian. Berdasarkan data sementara hingga pukul 21.00 WIB, sebanyak 263 rumah dan 10 sekolah rusak tersebar di 23 kecamatan.
Girgi mengatakan, penetapan status tanggap darurat ini, menjadikan Pemkab Pandeglang fokus pada penanganan pascabencana dan memberikan pelayanan kepada korban bencana alam.
“Penanganan ini merupakan bentuk pengurangan risiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa,” jelasnya.
Adapun daerah terparah dampak gempa, yakni Cikeusik, Cimanggu, dan Sumur, karena lokasinya berdekatan dengan pusat gempa tektonik magnitudo 6,7 itu. Hingga saat ini, tidak ada laporan korban jiwa dalam bencana itu, akan tetapi dua warga Cikeusik mengalami luka ringan.
Kemungkinan data kerusakan rumah, sekolah, dan perkantoran tersebut terus bertambah sebab petugas dari pemerintah kecamatan dan desa masih melaporkan kepada BPBD setempat.
Selain itu, juga terjadi pengungsian warga karena tempat tinggal mereka roboh atau rusak berat. Oleh karena itu, BPBD Pandeglang akan mendirikan tenda, dapur umum, dan tempat pengungsian untuk penanganan korban.