HIDUP dengan segala kekurangan prekonomian (prasejahtera), tidak menyurutkan semangat Ustazah Jasma (24) mengajarkan ilmu agama di Desa Batualu, Kecamatan Sangalla Selatan, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Ustazah Jasma hidup bersama suaminya Lalo (28 tahun) yang saat ini bekerja sebagai petani. Mereka hidup di rumah berdinding kayu yang sudah lapuk.
Meski hidup dengan segala kekurangan, Jasma dan suami tetap gigih mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat di sekitarnya.
“Rumah ini kami bangun semenjak setelah menikah, tapi kondisinya sudah cukup rapuh, kami belum bisa memperbaikinya dan membangun rumah yang lebih layak tapi setidaknya saya dan keluarga bisa berteduh,” mengutip dari situs Indonesia Dermawan.
Jasma mengajarkan mengaji kepada anak-anak dari orang tua muallaf. Tak ada imbalan materi yang ia dapat dari baktinya tersebut. Ia menempuh ke rumah anak-anak itu sejauh satu kilometer dengan berjalan kaki.
Baca juga: Tantang Puasa 30 Hari, Gadis Inggris Penggemar Pesta dan Alkohol Mendapat Hidayah
Desa Batualu merupakan perkampungan orang-orang muallaf. Tidak banyak orang yang bermukim di sini, hanya terdata puluhan orang.
Keadaan ini tidak menjadi penghalang baginya. Hasil pertanian yang mereka kelola, setidaknya menjadi harapan untuk memperbaiki rumah dan pendidikan anak mereka kelak.

“Hasil kebun biasa kami bawa ke Pasar untuk di jual, sekali jugal biasa terkumpul Rp. 50 ribu, syukurlah bisa di bagi-bagi untuk keperluan keluarga,” kata Jasma.
Hasil tersebut sangat berarti bagi kehidupan keluar Jasma. Ia dan suami memiliki mimpi besar untuk memiliki rumah layak kelak.
Saat ini rumahnya sudah reot dan kehujanan, jarang diperbaiki karena penghasilan yang tidak menentu.
Pekerjaannya sebagai petani dan sebagai guru ngaji kadang tidak pasti dan hanya bisa menetupi kebutuhan sehari-hari ibu Jasma.