Medan – Bisnis batu akik tak lagi kinclong seperti sebelumnya. Beberapa tahun lalu, orang rela merogoh kocek jutaan rupiah demi sebentuk cincin batu mulia.
Pembeli datang berbondong-bondong sehingga penjual pun ketiban untung besar. Sementara sekarang, kondisinya sudah jauh berbeda. Pembeli batu akik kian berkurang. Akibatnya, para penjual pun jadi merasakan dampak dari penurunan omzet batu cincin.
Hal ini diakui oleh Ramadani, salah seorang pedagang batu akik di Bromo, Kota Medan. Dia mengatakan, pendapatannya sebagai pedagang batu akik jauh berkurang dibandingkan saat tahun 2014 lalu di mana batu akik lagi populer dan digemari masyarakat.
“Saya mulai usaha ini tahun 2014 saat lagi booming batu cincin pada saat itu. Kalau sekarang memang sepi konsumen tapi setiap harinya pasti selalu ada yang beli batu cincin dan juga yang ingin batu miliknya digosok jadi cincin,” kata Dani Selasa (4/1/2021).
Pria berusia 33 tahun ini menyebutkan, saat menjadi pedagang batu akik pada tahun 2014 lalu dia sempat mempunyai 11 karyawan dan juga mempunyai 2 cabang usaha batu akik. Namun, setelah batu akik tidak musim lagi, Dani kini hanya mempunyai 1 karyawan dan 1 toko yang saat ini masih dipertahankannya.
“Meredupnya batu akik ini lantaran banyak pemain-pemain batu akik bermunculan. Jadi batu-batu akik ini semakin banyak beredar dan banyak ditemukan di pinggir jalan sehingga harganya semakin murah. Tidak sampak setahunlah saat itu boomingnya,” kata Dani.
Jadi saat ini sebut Dani. Pembeli batu cincin yang masih membeli di tempatnya hanya tinggal mereka yang benar-benar pecinta batu akik. Berbeda dengan yang tahun sebelumnya di mana banyak pembeli dadakan yang hanya mengikuti tren batu cincin.
“Sama seperti saat ini bang lagi musim sepeda. Banyak masyarakat membeli sepeda. Kemarin musim batu cincin, ramai pembelinya. Nanti udah gak musim ditinggal pembelinya,” tandasnya.
Batu akik milik Dani banyak berasal dari Aceh dan Padang. Jenis batunya juga beraneka ragam dan yang memang sangat diminati para pecinta batu cincin.
Bicara soal pendapatan, pria dengan 3 orang anak ini menyebutkan, saat musim batu akik lalu, dirinya bisa meraup pendapatan Rp1-Rp3 juta setiap hari. Bahkan Dani menyebut bisa mengantongi uang Rp100 juta selama setengah tahun berdagang batu akik.
“Kalau sekarang jauh berkurang paling Rp200 ribu sehari. Tapi kadang kalau lagi bagus rezekinya bisa juga Rp400-Rp500 ribu perhari. Saat COVID-19 kemarin paling parah kadang hanya 1 cincin saja yang terjual. Bahkan saya ganti profesi sebagai penjual masker untuk nutupi anjloknya penjualan batu cincin. Tapi sekarang Alhamdulillah sudah ada penambahan pembeli walaupun belum seramai saat 2014 lalu,” tandas Dani.
Di tempat usaha miliknya ini, Dani selain penjual juga pembuat batu akik. Untuk harga-harga batu akik yang dia jual bervariasi tergantung kualitas batu sendiri mulai dari harga Rp15 ribu hingga Rp300 ribuan saja.
Dan Dani juga menyediakan jasa gosok batu dengan dikenakan biaya Rp25 ribu.
“Saya berharap pecinta batu masih terus ada. Karena ini kan aksesoris juga. Sehingga nasib kami sebagai pedagang batu akik bisa terus bertahan,” pungkasnya.